Blog of Dini Adillah
Sunday 28 May 2017
Thursday 15 May 2014
Dear Diary…
Dear diary,
Love at the
first sight. Cinta pada pandangan pertama itu sesuatu yang tanpa dipikirkan
atau dipelajari dan itu terjadi karena bisikin atau gerakan dari dalam hati
kita. Pfuh! Dan aku ingat pernah mengalami ini untuk pertama kalinya dalam
hidupku. Diary, bagaimana mungkin kita bisa mencintai seseorang pada pandangan
pertama, padahal kita belum tentu mengenalnya, belum mengetahui latar
belakangnya, sifat-sifatnya, kapasitasnya dan faktor-faktor lain yang menurut
pandangan umum, semestinya kita ketahui sebelum kita memutuskan apakah kita
akan menyukai seseorang itu atau tidak.
Ya… tapi hal
ini benar-benar pernah terjadi padaku. Masih ku ingat pertama kali kulihat dia
di kantin sekolah semasa duduk di bangku smp. Kejadian itu masih bisa terekam jelas
sampai aku sudah beranjak dewasa seperti ini. Sosoknya yang tiba-tiba meminta
diriku untuk langsung menyukainya. Tatapan matanya yang langsung bisa membuat
hatiku luluh. Padahal dia itu siapa aku tidak tahu.
Kebahagiaan
luar biasa tiba-tiba menyelimutiku. Ada rasa terpendam yang aku simpan
untuknya. Bukan hanya sekedar rasa suka, melainkan perasaan yang lebih dari
itu, perasaan yang sangat sulit diungkapkan ketika hati berbunga-bunga. Ketika aku bisa melihatnya dari lorong ujung
sekolah, semua rasa bergejolak dihatiku, rasa deg-degan, malu, gembira, salah
tingkah dan hal-hal lainnya yang kita bisa rasakan ketika sedang merasakan
jatuh cinta.
Akhirnya, aku
tahu dia. Dia adalah adik kelasku, namanya Adam. Dan saudara perempuanku sendiri, dulunya adalah teman sd dia, oh ya,
dunia itu memang sempit. Sungguh suatu kejutan untuk hidupku ketika tahu bahwa
dia adalah teman saudaraku dan aku bisa kenal dekat dengan teman-temannya.
Januari, 03
Hp pun
berdering, sms masuk…
Aku speechless ketika
membaca sms itu, sms yang datang dari Adam, seseorang yang kusukai saat pertama
kali melihatnya tanpa tahu siapa dia. Ya!!! Dia orangnya. Aku tidak percaya.
Ini sungguh sesuatu yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata, tapi yang
pasti ini adalah kebahagiaan luar biasa dari bagian sejarah kisah percintaan
monyetku.
Akhirnya, teman
dekat dan sebagian teman sekolahku tahu kalo aku menyukai dia. Oh, please God!
Aku tidak tahu kalau perasaan menggebu-gebu ini membuat semua orang melihat,
kalau aku terobsesi ingin memilikinya. Perasaan saat itu memang sedang tidak
bisa terkendali.
“Jadi, kau
benar-benar menyukai dia?” temanku Karisa tiba-tiba membuyarkan lamunanku.
“Entahlah, tapi
rasanya iya, dan memang iya” jawabku dengan tersipu.
“Dia tampangnya
masih bloon gitu! Dan kamu juga sama, masih punya tampang bloon. Kocak deh kalo
kalian bisa pacaran,” ujar Karisa sambil uaritertawa.
“Oh, benarkah
memang kelihatan seperti itu?” tukasku
“Ya! Benar-benar
kelihatan seperti itu,” jawab Karisa dengan serius tetapi diakhiri tertawa
terbahak-bahak.
Dan aku benar-benar
bingung bagaimana harus menjelaskan ekspresi dia. Apakah dia mengatakan hal
tersebut dengan serius atau bercanda, tapi yang pasti pada saat itu aku tidak begitu
menghiraukannya.
Aku pun begitu terkejut
ketika diberitahu Putra, teman Adam. Bahwa Adam pernah menceritakan tentang diriku.
Kebingunganku semakin bertambah ketika harus menerima hal ini atau tidak, bahwa
satu hal yang Putra katakan padaku, seperti halnya perkataan Karisa. Adam
bilang aku orangnya manis, lucu tapi sayang mukanya bloon. Oh ayolah! Apakah
mukaku memang kelihatan seperti tampang bloon?!!
Tapi terlepas
dari itu semua, aku tidak peduli, yang
pasti aku merasa bahagia karena Adam pernah menceritakan sesuatu hal tentangku. Unforgetabble…
Hari demi hari
pun berlalu sampai pada akhirnya aku lulus SMP.
Aku tidak tahu
apakah kisahku menyukainya akan berlanjut di kemudian hari. Memang, sebagian
temanku dan teman Adam tahu bahwa aku menyukainya. Tapi untuk Adam-nya sendiri,
aku benar-benar tidak tahu pasti kalau dia mengetahui aku menyukainya, atau
hanya sekedar mengaguminya .
Aku memang
terlalu pengecut untuk bilang sendiri padanya kalau aku menyukainya. Ya… bisa
di bilang kisah ini berlanjut pada cinta dalam hati juga, setelah semua berawal
dari kisah cinta pandangan pertama.
2 tahun
berlalu…
Ketika masa SMA
tiba, banyak sekali kejadian menyenangkan dalam hidupku. Bahkan tidak lepas
dari masa percintaan. Walaupun aku sudah lulus tetapi tetap banyak yang selalu
menceritakan tentang Adam. Ketika mereka melihatnya bersepeda di jalan, sedang
ada di supermarket, dan tempat-tempat lainnya. Percaya atau tidak, selalu saja
orang-orang memberitahuku dengan sedetail mungkin. Bahkan, langsung selalu ada
sms masuk kepadaku ketika ada yang melihat Adam. Tetapi terlepas dari itu semua,
aku bisa menemukan sosok seorang teman laki-laki yang dapat membuatku melupakan
sejenak tentang Adam.
Dengan beragam
kisah cinta yang aku alami, aku begitu heran. Aku begitu tidak percaya dengan
semua hal ini. Bahkan, mau tidak mau aku harus bisa menerimanya, bahwa dari
sekian banyak aku meyukai laki-laki dan mengalami masa percintaan monyet dengan
mereka. Tetap, nama Dia yang selalu ada di pikiran dan hatiku, Adam… Ya hanya
dia. Padahal hidupku banyak dikelilingi dan dilalui kisah yang indah dengan
pengganti Dia, tetapi tetap saja hatiku selalu berpihak lagi pada Adam. Sosoknya
yang dingin, cuek, tenang dan tidak mudah mengumbarkan perasaannya tetap
membuat hatiku bisa menerima itu semua. Walaupun aku tidak tahu bagaimana
perasaan dia terhadapku, tetapi hatiku selalu bisa menyimpan namanya.
Dan semua
terjadi tidak lepas dari seizin Tuhan. Maka dari itu, aku selalu merasa tidak
terbebani dengan perasaan ini.
“Masih ngarepin
Adam?” inilah pertanyaan yang tidak pernah lepas dariku, dan sudah melekat kuat
jika orang-orang bertanya bagaimana kisah perjuangan cintaku.
Aku hanya bisa
tertawa mendengar itu semua. Aku juga tidak tahu bagaimana perasaanku saat ini.
Masih labil, dan penuh dengan kata galau.
1 tahun
berlalu…
Akhirnya Adam
masuk SMA ke sekolah yang sama denganku.
Betapa tidak
bahagianya aku mendengar ini semua. Aku pun semakin bisa dekat dengannya ketika
kita sama-sama punya contact BBM masing-masing.
Kedekatan kami
mungkin hanya bisa dibilang adik kelas yang kenal dengan kakak kelas, atau
apapun itu, yang pasti semua hanya dapat diartikan sebagai teman biasa. Aku
tidak peduli, benar-benar tidak peduli tentang status hubungan kami, yang pasti
aku sudah bisa dekat dengannya saja adalah salah satu bagian dari sekian
banyaknya Anugerah yang Tuhan berikan padaku.
Aku bahagia
karena Tuhan mengizinkan aku memberikan rasa sayangku untuknya.
Aku bahagia
karena sebenarnya, sampai saat ini, kenyataannya, aku tidak terobsesi ingin
memilikinya.
Aku tidak tahu
bagaimana perasaan ini akan berlanjut.
Tetapi satu hal
yang aku tahu dan mengerti tentang cinta.
CINTA ADALAH
SUATU KEIKHLASAN SESEORANG MENYAYANGI ORANG YANG DIA SAYANGI DENGAN TULUS TANPA
MEMINTA BALASAN.
Good night,
Diary!
Sunday 11 May 2014
Rasa sakit yg sebenarnya ada di dunia adalah rasa rindu. Ini menurut pendapatku. Rindu itu seperti kita baru saja mempunyai luka terkena silet yg tajam, yg darahnya masih merah dan segar, lalu terkena cuka. Tidak terlalu sakit memang sesudahnya, karna sudah dibasuh air, tapi masih membekas. Rasa rindu itu bisa diibaratkan seperti itu.. Ketika terkena silet, rasa sakit itu datang, sedikit demi sedikit sakitnya terus kita rasakan, karna kita sudah dewasa, tentu saja kita tidak menangis layaknya anak kecil, kita bisa menahannya. Saat kita tetap harus menjalankan aktivitas, tentu saja kita sedikit terhambat oleh tangan yg sudah terluka tersebut, mau tidak mau kita harus menahannya, bayangkan ketika harus mencuci piring atau melakukan sesuatu menggunakan air, rasanya.. Perih.. Seperti itulah rindu, atau malah sedikit lebih sakit lagi dari rasa sakit terkena silet. Pernah aku baca kalimat seperti ini, "Love is a cycle: When you love, you get hurt. When you get hurt, you hate. When you hate, you try to forget. When you try to forget, you start missing. And when you start missing, you'll eventualy fall in love again", aku setuju, tapi untuk kalimat terakhir entahlah, aku sedang berada di fase mencoba melupakan dan mulai merindukan. HAHAHA konyol memang, tapi kalo boleh aku jujur, rasa rindu itu bener-bener sakit, aku benci sebenernya kalo bilang ini.. Ketika kita mulai mengingat hal-hal kecil yg bisa membuat kita merindukan hal itu, seperti wangi parfum, lagu, gelang, jaket dan hal lainnya.. Lalu apa yg kita lakukan jika rasa rindu ini tidak berbalaskan? Menangis? Jika itu melegakan, menangislah, walau tak akan merubah segalanya, tapi kita bisa mengurangi sedikit beban yg tidak mudah ini. Pernah ku bangun di 1/3 malam, aku berada di mesjid, lalu keluar melihat langit, seperti dekat sekali dengan Sang Maha Pencipta. Aku bisa merasakan kedekatan, begitu dekat, dengan Sang Maha Pencipta.. Aku berdo'a.. Aku mendoakan dia yg aku rindukan dan keluarganya, lalu aku diingatkan dengan sebuah peristiwa, dimana dulu, di mesjid ini, di teras mesjid ini yg sedang ku injak, aku pernah melihat dia terlelap tidur di luar. Dan saat nulis ini pun mataku berkaca-kaca mengingat kejadian itu. Aku gak rapuh, tolong, aku cuman ingin berbagi dengan apa yang lg aku rasakan saat ini. Kembali ke rasa sakit terkena silet, dan kita tetap harus melakukan aktivitas, seperti itulah ketika rasa rindu menjadi sakit datang, dan kita harus tetap melanjutkan hidup, harapan yg pernah ada, mimpi yg pernah kita buat, mungkin akan sedikit terlupakan ketika kita fokus pada rasa rindu yg tak ada hentinya ini, gak ada yang bisa kita lakukan selain berdoa dan berusaha, melakukan hal positive, dan tetap melangkah ke depan. Kita hanya bisa mengenangnya dan tersenyum. Kita bisa lupakan semuanya, ngelepasin semuanya, ngeikhlasin semuanya. Kita bisa menerima semuanya, walaupun dgn luka, bukankah akhirnya itu mendewasakan? :)
foto: via tumblr
Subscribe to:
Posts (Atom)